RSUD Dr. Harjono Ponorogo

Rumah Sakit Umum Unit Swadana Prof. Dr. M. Harjono S, Sp.OG Kabupaten Ponorogo merupakan Rumah Sakit rujukan bagi seluruh Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Ponorogo.Struktur Organisasi

Struktur Organisasi ini sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 13 Tahun 2002 yang dituangkan dalam Keputusan Bupati Ponorogo No 112 Tahun 2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo.

Visi :
Rumah Sakit Umum Unit Swadana Prof. Dr. M. Harjono S, Sp.OG Kabupaten Ponorogo harus dapat manjadi Rumah Sakit rujukan bagi sektor pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta di wilayah Kabupaten dan sekitarnya.

Misi :
  • Menyelenggarakan usaha pelayanan kesehatan yang berkualitas, nyaman, aman, dan terjangkau oleh masyarakatKetenagaan
  • Rumah Sakit Umum Unit Swadana Prof. Dr. M. Harjono saat ini memiliki tenaga kerja (PNS) sekitar 250 orang.
  • Rumah Sakit Umum Unit Swadana Prof. Dr. M. Harjono saat ini memiliki tenaga kerja (PNS) sekitar 250 orang.
  • Rumah Sakit Umum Unit Swadana Prof. Dr. M. Harjono saat ini memiliki tenaga kerja (PNS) sekitar 250 orang.
Source : http://www.rsudrharjono.or.id/profil.php

Ponorogo City Center

Ponorogo City Center
Ponorogo City Center

Keinginan Ponorogo untuk menjadi sejajar dengan kabupaten/kota tetangga akan terwijud. Ponorogo in Kabupaten yang elok. Masyarakat Ponorogo yang hidup diatas garis rata-rata begitu besar. Dan mereka harus memanjakan keinginan berbelanja dngan mengunjungi Kabupaten/Kota tetangga.
Hal ini diungkapkan oleh Arif Afandi Dir.PT Wira Jatim 9BUMD milik Pemerintah Prov. Jatim) yang menyampaikan pemaparan di Ruang Bantarangin Kamis 3 Mei 2012. Di atas Tanah seluas 1 ha di Jl.Ir.H.Juanda bekas Nabati Yasa akan dibangun PONOROGO CITY CENTER berlantai 5 yang akan menggandeng Matahari Departemen Store, Hipermart dll. Gedung berlantai 5 ini akan dilengkapi dengan fasilitas Hotel 100 kamar. Dan PT. Wira Jatim berjanji akan Memperkerjakan 97,5 % tenaga Lokal Ponorogo, Produk Lokal bisa masuk, bebas biaya sewa untuk UKM, Discound 30 % untuk Rental Spall di Lantai 3 . Dengan berdirinya Ponorogo Coty Center ini diharapkan bisa menumbuh kembangkan usaha ekonomi kecil menengah, menyediakan lapangan kerja , meningkatkan perhubungan kerja ekonomi masyarakat ponorogo, memposisikan ponorogo sehingga nyaman ditempati menambah PAD Pemda Ponorogo.
Untuk ini Bupati dalam pidatonya menyampaikan akan dikaji ulang penawaran dari PT. Wira Jatim dengan mempertimbangkan Bagaimana dengan pedagang diponorogo akan maju, subur/mati, Bagaimana dengan produk Ponorogo diterima apa tidak bila tidak sesuai dengan standart city center .

Source : http://www.humasponorogo.com

KotaReog.Com

KotaReog.Com | Kota Reog Ponorogo
KotaReog.Com
KOTAREOG.COM adalah media informasi yang saat ini akan hadir berupa Majalah Gratis yang beredar 1 bulan sekali.Majalah Kotareog.Com akan beredar dalam dua versi, versi cetak ( offline ) dan versi Online ( yg bisa di akses nantinya di website resmi kami http://www.kotareog.com/majalah-online dan bisa di unduh (download). KOTAREOG.COM sebagai jembatan bagi semua usaha & bisnis di Ponorogo untuk bisa bersama-sama memaksimalkan potensi daerah sebagai penggerak roda perkembangan di Ponorogo. Mulai dari kaki lima sampai dengan restauran, dari toko, distro outlet dan butik. Dari salon, pengrajin sampai dengan petani. Semoga semua lapisan masyarakat Ponorogo bisa bersama-sama meningkatkan potensi Ponorogo melalui. Usaha kecil menengah dan perusahan bahu membahu mewujudkannya.KOTAREOG.COM hanya sebuah media sebagai jempatan dari seluruh lapisan masyarakat ponorogo khususnya dan Indonesia pada umumnya. Dengan media ini kami mencoba mengangkat nama Ponorogo yang sudah mulai dikenal di dunia Internasional menjadi benar-benar ada dan bisa menjadi bagian ASET PARIWISATA INDONESIA.Semoga berkenan atas hadirnya media KOTAREOG.COM ini.

Source : http://kotareog.com/

Insuri Ponorogo

Insuri Ponorogo
Insuri Ponorogo
Insuri Ponorogo, Dalam rangka melengkapi wadah pendidikan yang dikelola oleh Lembaga Pendidikan Ma'arif melalui badan otonom yang ditugasi Jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU) untuk menangani bidang pendidikan merencanakan berdirinya suatu Perguruan Tinggi dibawah naungan NU. Sejak tanggal 17 Mei 1967 tugas tersebut telah direncanakan dengan mendirikan suatu Perguruan Tinggi dibawah naungan NU yang realisasinya dilimpahkan kepada Lembaga Pendidikan Ma'arief Cabang Ponorogo.Usaha untuk merintis berdirinya Perguruan Tinggi NU tersebut akhirnya dapat direalisasi dengan menginduk ke Universitas Nahdlatul Ulama Malang (UNU) dengan surat keputusan dari Rektor UNU Malang No. 205/D/UNU/VIII/68 tanggal 15 September 1968 tentang pengesahan berdirinya Fakultas Tarbiyah Watta’lim UNU Malang di Ponorogo.Pada tanggal 8 November 1968 diadakan upacara peresmian berdirinya Fakultas Tarbiyah Watta’lim UNU Malang di Ponorogo, sedangkan perkuliahannya dimulai pada tanggal 10 Februari 1969 dan untuk sementara menempati ( meminjam ) gedung SMA Negeri , yang berlokasi di Jalan Batoto Katong Ponorogo.Dalam musyarawah kerja penDosens Perguruan Tinggi NU se Jawa Timur dan Jawa Tengah tanggal 24 s/d 25 Juni 1972 maka nama UNU dirubah menjadi Universitas Sunan Giri dengan disingkat UNSURI dan sesuai dengan saran dari Rektor UNSURI Malang dan KOPERTAIS WILAYAH IV di Surabaya maka pada tanggal 20 Agustus 1974 Fakultas Tarbiyah Wattakim Universitas Sunan Giri Ponorogo mengajukan Status Terdaftar dan lepas dari UNSURI Malang . Pada tanggal 27 Desember 974, terbit Surat Keputusan Status TERDAFTAR dari Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor : KEP/D.IV/2229/74 untuk Fakultas Tarbiyah Universitas Sunan Giri Ponorogo.Bersamaan dengan pengajuan status terdaftar sebagai persyaratan Pendirian Perguruan Tinggi Swasta harus berbentuk Badan Pengelola atau Yayasan yang berbadan Hukum. Oleh karena itu NU cabang Ponorogo membentuk suatu Yayasan yang bernama "YAYASAN PERGURUAN TINGGI BATORO KATONG PONOROGO " dengan Akte Notaris RN Sinulinggo.SH. Nomor 17 tanggal 22 Agustus 1974.Selanjutnya dalam upaya meningkatkan kepercayaan kepada masyarakat maka UNSURI Ponorogo berupaya meningkatkan statusnya dari status terdaftar dalam Tingkat Sarjana Muda menjadi status DIAKUI Tingkat Sarjana Muda. Upaya tersebut berhasil dengan keluarnya Keputusan Menteri Agama No. 26 tahun 1978 tanggal 11 Mei 1978 tentang Status DIAKUI bagi Fakultas Tarbiyah Universitas Sunan Giri Ponorogo. Kemuadian untuk memenuhi tuntutan para alumninya yang jumlahnya sudah semakin banyak yang berminat untuk meningkatkan melanjutkan ke Tingkat Doktoral maka pada tahun akademik 1983 - 1984 telah dibuka Tingkat Doktoral . Namun oleh karena status tingkat doktoral yang diajukan tidak terkabul, maka para mahasiswa tingkat doktoral tersebut akhirnya di gabungkan dengan mahasiswa tingkat doktoral Fakultas Tarbiyah UNSURI Surabaya, yang pada tahun 1987 telah lulus 25 mahasiswa Sarjana Lengkap.Mulai tahun akademi 1987 - 1988 tingkat Sarjana Muda dihapuskan dilingkungan Perguruan Tinggi yang dibawah Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta Departemen Agama, sehingga status tersebut secara bertahap juga dihapus dan diubah menjadi jenjang Sarjana Strata 1 (S-1). Demikian juga status dilingkungan Fakultas Tarbiyah Universitas Sunan Giri Ponorogo, mulai tahun akademi 1987-1988 jenjangnya menjadi jenjang Sarjana Strata 1.Bersamaan berubahnya jenjang tersebut dikembangkan pula jumlah Fakultasnya yang semula hanya Fakultas Tarbiyah pada tahun akademik 1987-1988 dikembangkan menjadi 3 Fakultas yaitu Fakutas Tarbiyah, Fakultas Syari'ah dan Fakultas Dakwah,. Oleh karena fakultas yang ada hanya dalam satu disiplin ilmu yaitu ilmu-ilmu agama maka nama lembaga ini diubah menjadi Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo di singkat INSURI Ponorogo (SK Menteri Agama No. 219 Tahun 1988 tanggal 1 Desember 1988) dengan status Terdaftar.Sampai saat ini Fakultas Tarbiyah telah memiliki dua jurusan yaitu jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan jurusan Pendidikan Bahasa Arab ( PBA) serta satu Program Diploma II Jurusan Pendidikan Dosen Taman Kanak-kanak Islam dan program Khusus Akta IV bagi Sarjana Agama bukan Tarbiyah. Untuk Jurusan PAI sekarang ini telah memiliki status Diakui dan pada tahun 2000 dengan SK BAN PT nomor : 017/BAN-PT/Ak-IV/VII/2000 Tanggal 21 Juli 2000 dinyatakan pula dengan status : TERAKREDITASI nilai B. Untuk Fakultas Dakwah juga dinyatakan dengan status TERAKREDITASI C . Fakultas Syariah perolehan Status Terdaftar masih relatif baru yaitu pada Tahun 2000, dengan jurusan Mu’amalat dan Program Studi Ekonomi Islam.Rektor sebagai pimpinan Institut pada tahun 1988 - 1996 dipegang oleh Drs. H. Adam Basori, tahun 1996 - 1998 Drs. H. Hery Aman Zainuri , tahun 1998 - 2002 Drs. Sugihanto Hasanuddin dan mulai tahun 2002 di jabat oleh Drs. H. Imam Sayuti Farid, SH, MSi. Sedangkan pimpinan Fakultas, untuk Tarbiyah dijabat oleh Drs. H.M.Syarwani Maksum, MAg, Dakwah : Drs.H.A. Choliq Ridwan dan Syari’ah : Drs. Farid Ma’ruf.Akte Notaris RN Sinulinggo, SH. No. 17 Tanggal 22 Agustus 1974, disempurnakan dengan akte perubahan dari Notaris Ny. Kustini Sosrokusumo, SH. No 4 tanggal 1 November 1988. Selanjutnya pada tahun 1996 Akte tersebut disempurnakan kembali dengan beberapa perubahan melalui Akte Notaris Hartati Hadiwiajaya,SH, tanggal 19 Agustus 1996, Nomor : C.221.HT.03 01 Tahun 1996.

Kuliner Khas Ponorogo

Sate Ayam Ponorogo
Sate Ayam Ponorogo
Beraneka jenis makanan khas tersedia di Ponorogo. Sate Ponorogo merupakan salah satu jenis sate yang berasal dari daerah Ponorogo. Sate Ponorogo berbeda dengan Sate Madura. Perbedaannya adalah pada cara memotong dagingnya. Dagingnya tidak dipotong menyerupai dadu seperti sate ayam pada umumnya, melainkan disayat tipis panjang menyerupai fillet, sehingga selain lebih empuk, lemak pada dagingnya pun bisa disisihkan. Ukuran sate Ponorogo relatif lebih besar dengan irisan memanjang. Karena ukuran yang memanjang ini, satu tusuk sate Ponorogo biasanya hanya berisi satu atau dua potong daging. Perbedaan berikutnya adalah sate Ponorogo melalui proses perendaman bumbu (dibacem) agar bumbu meresap ke dalam daging.

Selain sate, juga terdapat pecel Ponorogo. Perbedaan pecel Ponorogo dengan pecel di daerah lainnya adalah bumbu kacangnya kental dan pedas serta mempunyai unsur rasa yang khas dengan aroma yang kuat. Sayur-sayurannya lengkap, tauge yang dipakai bukan berasal dari kacang hijau tetapi dari kedelai. Biasanya dilengkapi dengan petai cina (lamtoro) dan mentimun yang diiris kecil-kecil. Pecel Ponorogo juga dilengkapi dengan rempeyek atau tempe goreng. Cara penyajiannya pun berbeda dengan pecel di daerah lain. Pecel ini disajikan dengan nasi lalu sayur dan disiram sambal, kemudian diberi sayur dan sambal lagi, lalu lalapan kemudian tempe goreng atau rempeyek.

Terdapat juga minuman khas dari Ponorogo, yaitu dawet Jabung. Dawet jabung mirip dengan es cendol, namun cendol yang dipakai terbuat dari tepung aren dan tanpa bahan pewarna, sehingga warnanya alami. Kuah dawetnya terdiri dari santan kelapa muda yang ditambah dengan gula aren dan sedikit garam. Biasanya ditambahkan tape ketan dan irisan buah nangka. Dawet ini disajikan dalam mangkok kecil dan ditambah dengan es batu. Dinamakan dawet Jabung, karena asal dari dawet ini berasal dari desa Jabung salah satu desa di kecamatan Mlarak kabupaten Ponorogo.

Jajanan khas Ponorogo adalah jenang Mirah. Dinamakan jenang Mirah karena pembuat jenang ini adalah ibu Mirah. Jenang Mirah berasal dari desa Josari. Merupakan makanan khas ponorogo yang dibuat dari beras ketan, gula kelapa dan santan buah kelapa, tanpa bahan pengawet. Jenang Mirah termasuk makanan basah karena hanya tahan satu minggu, kecuali dimasukkan ke dalam lemari es. Jenang Mirah sangat mudah ditemui di toko oleh-oleh khas Ponorogo.Selain jenang Mirah, Juga ada arak keling, yaitu jajanan khas dari desa Coper. Arak keling terbuat dari pati ketela pohon yang dicampur dengan telur lalu dibentuk seperti angka 8 dan digoreng sampai kering lalu diberi gula pasir yang direbus dahulu sampai kental hingga merata.
Source : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Ponorogo

Obyek wisata Ponorogo

Terdapat beberapa obyek wisata di Kabupaten Ponorogo, di antaranya obyek wisata budaya, obyek wisata industri, obyek wisata alam dan obyek wisata religius.

Obyek wisata budaya

Setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro), pemerintah Kabupaten Ponorogo menyelenggarakan Grebeg Suro. Dalam rangkaian perayaan Grebeg Suro ini diadakan Kirab Pusaka yang biasa diselenggarakan sehari sebelum tanggal 1 Muharram. Pusaka peninggalan pemimpin Ponorogo zaman dahulu,saat masih dalam masa Kerajaan Wengker, diarak bersama pawai pelajar dan pejabat pemerintahan di Kabupaten Ponorogo, dari makam Bathara Katong (pendiri Ponorogo) di daerah Pasar Pon sebagai kota lama, ke Pendapa Kabupaten. Pada malam harinya, di alun-alun kota, Festival Reyog Nasional memasuki babak final. Esok paginya ada acara Larung Risalah Do'a di Telaga Ngebel, di mana nasi tumpeng dan kepala kerbau dilarung bersama do'a ke tengah-tengah telaga. Perayaan Grebeg Suro ini menjadi salah satu jadwal kalender wisata Jawa Timur. Obyek wisata budaya lainnya, yaitu Taman Rekreasi Singo Pitu, Pentas Wayang Kulit dan Reog Bulan Purnama

Obyek wisata industri

Di Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa sentra industri, di antaranya sentra industri seng di Desa Paju Kecamatan Ponorogo, sentra industri jenang di Desa Josari Kecamatan Jetis dan sentra industri kulit di Desa Nambangrejo Kecamatan Sukorejo.

Obyek wisata alam

Beberapa obyek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Ponorogo yaitu :
Telaga Ngebel
Telaga Ngebel adalah sebuah danau alami yang terletak di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Kecamatan Ngebel terletak di lereng gunung Wilis. Telaga Ngebel terletak sekitar 30 km dari pusat kota Ponorogo dengan ketinggian 734 meter di atas permukaan laut. Keliling dari Telaga Ngebel sekitar 5 km dan suhu di telaga ini berkisar antara 20 - 26 derajat celcius.Telaga Ngebel

Taman Wisata Ngembag
Taman Wisata Ngembag adalah taman wisata yang terletak di KelurahanRonowijayan Kecamatan Siman sekitar 3 km di sebelah timur dari pusat kotaPonorogo. Taman ini terdiri dari sumber air yang dilengkapi dengan taman bermain dan kolam renang anak. Sebelumnya Ngembag dikenal sebagai mata air yang tak terawat. Kemudian oleh Pemkab Ponorogo diubah sebagai taman kota yang dilengkapi dengan kolam renang anak dan juga beberapa permainan anak-anak.

Air Terjun Pletuk
Air Terjun Pletuk atau juga dikenal dengan nama Coban Temu adalah air terjun yang terletak di Dusun Kranggan, Desa Jurug,Kecamatan Sooko, sebelah tenggara dari pusat kota Ponorogo atau lebih tepatnya sebelah selatan dari Kecamatan Pulung. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 30 m dan berada di atas ketinggian 450 meter di atas laut. Kawasan ini dikelilingi oleh perbukitan yang menjulang tinggi, dan ditumbuhi sejumlah tanaman.

Gunung Bayangkaki
Gunung Bayangkaki adalah gunung yang tak aktif yang terletak di Ponorogo Jawa Timur, tepatnya di Desa Temon, Kecamatan Sawoo. Gunung Bayangkaki memiliki empat puncak, yakni Puncak Ijo (Gunung Ijo), Puncak Tuo (Gunung Tuo), Puncak Tumpak (Puncak Bayangkaki) dan Puncak Gentong (Gunung Gentong). Di balik indahnya alam dan kokohnya batu-batu besar yang menjulang, Bayangkaki memiliki berbagai keunikan dan masih diselimuti dengan mitos yang terus berkembang dalam masyarakat sampai sekarang. Salah satu mitos yang berkembang dalam masyarakat adalah ketika Puncak Gentong sudah terbakar tanpa sebab berarti musim penghujan akan segera tiba.

Air Terjun Juruk Klenteng
Air terjun Juruk Klenteng atau air terjun Tumpuk adalah air terjun yang terletak di Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. Air terjun ini berlokasi di perbatasan Ponorogo dan Trenggalek. Dinamakan air terjun Juruk Klenteng karena tempatnya yang menjuruk kedalam dihimpit dua tebing gunung bebatuan. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 45 meter ini. Pada ujung bawah air terjun terdapat sendang yang airnya terlihat hijau yang disebut kedung. Menurut mitos, kedung atau lubuk tersebut adalah tembusan ke laut selatan.

Gua Lowo
Hutan Wisata KucurGua Lowo terletak di Kecamatan Sampung, sekitar 20 km dari pusat kota Ponorogo. Air terjun ini dinamakan Gua Lowo karena dihuni oleh banyak kelelawar. Kelelawar yang hidup di dalam gua ini bebas dan tidak mengganggu masyarakat setempat. Dalam gua ini juga ditemukan situs arkeologi yang memiliki nilai arkeologis tinggi. Lingkungan sekitar gua ini sangat alami dan dikelilingi oleh pepohonan dan batu-batuan.
Gowa Lowo Sampung Ponorogo
Gowa Lowo Ponorogo

Hutan wisata Kucur
Hutan wisata Kucur atau taman wisata Kucur adalah hutan wisata yang terletak diKecamatan Badegan, sekitar 20 km ke barat. Ada sumber air (kucur) di tengah hutan jati yang juga berfungsi sebagai taman nasional dan tempat perkemahan. Selain itu, karena lokasinya yang strategis, yang terletak di antara jalan Jawa Timur dan Jawa Tengah, taman wisata Kucur sering menjadi tempat beristirahat oleh siapa saja yang melakukan perjalanan.

Air Terjun Toyomerto
Air terjun Toyomerto atau dikenal juga dengan sebutan air terjun Selorejo terletak di Dusun Toyomerto, Desa Pupus, Kecamatan Ngebel, sekitar 35 km dari pusat kota. Akses ke air terjun ini medannya cukup sulit, menanjak penuh kelok dengan kanan kiri tebing curam dan membutuhkan kerja eksta untuk menuju ke sana. Namun hal itu dapat membawa pengalaman yang berbeda bagi para petualang.[28] Air terjun ini terdiri dari 2 tingkat air dalam satu aliran yang jatuh dari tebing batu. Masing-masing tingkatan memiliki ketinggian 25 hingga 30 meter. Untuk tingkat pertama dikenal dengan nama Air Terjun Selorejo Atas dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat kedua. Untuk tingkat kedua dikenal dengan nama Air Terjun Selorejo Bawah. Pada Selorejo atas dindingnya dapat dipanjat.

Obyek wisata religius

Masjid Tegal Sari PonorogoDi Kabupaten Ponorogo terdapat dua jenis obyek wisata religius, yaitu obyek wisataziarah dan obyek wisata agama. Obyek wisata ziarah di antaranya adalah Makam Bathara Katong di desa Desa Setono Kecamatan Jenangan dan Makam Gondoloyo di desa Desa Tanjungsari Kecamatan Jenangan. Dan obyek wisata agama di antaranya adalah Mata Air Sendang Waluyo Jati yang merupakan tempat ibadah penganut Katolik, dengan sebuah Patung Maria di Desa Klepu Kecamatan Sooko dan Masjid Tegalsari yang dibangun abad XVII oleh Kyai Ageng Hasan Besari, berarsitektur Jawa dengan 36 tiang, serta kitab berusia 400 tahun yang ditulis Ronggo Warsito di Desa Tegalsari Kecamatan Jetis.

Seni Dan Budaya Ponorogo


Reyog Ponorogo

Kesenian Ponorogo, Ponorogo memiliki banyak sekali kesenian daerah, salah satu yang terkenal adalah Reyog. Seni Reyog merupakan rangkaian tarian yang terdiri dari tarian pembukaan dan tarian inti. Tarian pembukaan biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan. Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi di mana seni reyog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar. Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Namun adegan dalam seni reyog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan.

Gajah-Gajahan Ponorogo
Selain Reyog terdapat juga kesenian lain, yaitu Gajah-gajahan. Jenis kesenian ini mirip dengan hadroh atau samproh klasik, terutama alat-alat musiknya. Perbedaannya adalah terdapatnya sebuah patung gajah. Perbedaan lainnya adalah kesenian ini tidak memiliki pakem yang tetap mulai alat-alat musik, gerak tari, lagu, dan bentuk musiknya berubah seiring perkembangan zaman

Budaya dan adat-istiadat, Kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat Ponorogo dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat Jawa Tengah. Beberapa budaya masyarakat Ponorogo adalah Larung Risalah Do'a, Grebeg Suro, dan Kirab pusaka. Masyarakat Ponorogo memiliki adat-istiadat yang sangat khas yaitu, becekan(suatu kegiatan dengan mendatangi dan memberikan bantuan berupa bahan makanan; beras, gula, dan sejenisnya kepada keluarga, tetangga atau kenalan yang memiliki hajat pernikahan atau khitanan) dan sejarah (silaturahim ke tetangga dan sanak saudara pada saat hari raya Idul Fitri yang biasanya dilakukan dengan mendatangi rumah orang yang berumur lebih tua).


Source : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Ponorogo
.

Sejarah Ponorogo

Sejarah Ponorogo, Menurut Babad Ponorogo, berdirinya Kabupaten Ponorogo dimulai setelah Raden Katong sampai di wilayah Wengker. Pada saat itu Wengker dipimpin oleh Suryo Ngalam yang dikenal sebagai Ki Ageng Kutu. Raden Katong lalu memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman (yaitu di dusun Plampitan Kelurahan SetonoKecamatan Jenangan sekarang). Melalui situasi dan kondisi yang penuh dengan hambatan, tantangan, yang datang silih berganti, Raden Katong, Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah beserta pengikutnya terus berupaya mendirikan pemukiman.
Tahun 1482 – 1486 M, untuk mencapai tujuan menegakkan perjuangan dengan menyusun kekuatan, sedikit demi sedikit kesulitan tersebut dapat teratasi, pendekatan kekeluargaan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh pendukungnya ketika itu mulai membuahkan hasil.
Dengan persiapan dalam rangka merintis kadipaten didukung semua pihak, Bathoro Katong (Raden Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV, dan ia menjadi adipati yang pertama.
Kadipaten Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496, tanggal inilah yang kemudian di tetapkan sebagai hari jadi kota Ponorogo. Penetapan tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala berupa sepasang batu gilang yang terdapat di depan gapura kelima di kompleks makam Batara Katong dan juga mengacu pada buku Hand book of Oriental History. Pada batu gilang tersebut tertulis candrasengkala memet berupa gambar manusia yang bersemedi, pohon, burung garuda dan gajah. Candrasengkala memet ini menunjukkan angka tahun 1418 Saka atau tahun 1496 M. Sehingga dapat ditemukan hari wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo yaitu hari Minggu Pon, tanggal 1 Besar 1418 Saka bertepatan tanggal 11 Agustus 1496 M atau 1 Dzulhijjah 901 H. Selanjutnya melalui seminar Hari Jadi Kabupaten Ponorogo yang diselenggarakan pada tanggal 30 April 1996 maka penetapan tanggal 11 Agustus sebagai Hari Jadi Kabupaten Ponorogo telah mendapat persetujuan DPRD Kabupaten Ponorogo.
Sejak berdirinya Kadipaten Ponorogo dibawah pimpinan Raden Katong , tata pemerintahan menjadi stabil dan pada tahun 1837Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo hingga sekarang.

Source :

Etimologi Ponorogo

Etimologi Ponorogo, Ponorogo berasal dari dua kata yaitu pramana dan raga. Pramana berarti daya kekuatan, rahasia hidup, sedangkan raga berarti badan, jasmani. Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa di balik badan manusia tersimpan suatu rahasia hidup (wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan pengendalian sifat-sifatamarah, aluwamah / lawamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan menempatkan diri di manapun dan kapanpun berada. Namun ada pula yang menyebutkan bahwa pono berarti melihat dan rogo berarti badan, raga, atau diri. Sehingga arti Ponorogo adalah "melihat diri sendiri" atau dalam kata lain disebut "mawas diri".

Asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersamaRaden Bathoro Katong, Kyai Mirah, Selo Aji dan Joyodipo pada hari Jum'at saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan Pramana Raga yang akhirnya berubah menjadi Ponorogo.

Source : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Ponorogo

Kabupaten Ponorogo

Kabupaten Ponorogo
Kabupaten Ponorogo
Kabupaten Ponorogo. Adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini terletak di koordinat 111° 17’ - 111° 52’ BT dan 7° 49’ - 8° 20’ LS dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas wilayah 1.371,78 km². Kabupaten ini terletak di sebelah barat dari provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah atau lebih tepatnya 200 km arah barat daya dari ibu kota provinsi Jawa Timur, Surabaya. Pada tahun 2010berdasarkan hasil Sensus Penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo adalah 855.281 jiwa.

Hari jadi Kabupaten Ponorogo diperingati setiap tanggal 11 Agustus, karena pada tanggal 11 Agustus 1496, Bathara Katong diwisuda/dinobatkan sebagai adipati pertama Kadipaten Ponorogo. Pada tahun 1837, Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo. Semenjak tahun 1944 hingga sekarang Kabupaten Ponorogo sudah berganti kepemimpinan sebanyak 16 kali.

Kabupaten Ponorogo dikenal dengan julukan Kota Reog atau Bumi Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog. Ponorogo juga dikenal sebagaiKota Santri karena memiliki banyak pondok pesantren, salah satu yang terkenal adalah Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di desa Gontor, kecamatan Mlarak.

Setiap tahun pada bulan Suro (Muharram), Kabupaten Ponorogo mengadakan suatu rangkaian acara berupa pesta rakyat yaitu Grebeg Suro. Pada pesta rakyat ini ditampilkan berbagai macam seni dan tradisi, di antaranya Festival Reyog Nasional,Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel.

Source : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Ponorogo